Minggu, 11 April 2010

realitas yang saya angkat

kembali post setelah mati suri sekian bulan heeheehee..

di post ini gua mau mengulas *lagi* tentang eksistensi alay di mind set orang orang.. dan sampai detik ini saya masih bertanya.. SALAH APA SIH "MEREKA" SAMPAI HARUS JADI HINAAN MASYARAKAT "HIGH" DAN SEPERTI JADI TELADAN BURUK BAGI ORANG ORANG?

sekarang kita main logika..

si A berbicara : saya lelah hari ini setelah bekerja seharian.
si B berbicara : gue cape banget ni hari abis gawe seharian.
si C berbicara : w cPe beudH nehH bizH kerJa shARiandhh huhfffttth..

gua tau sebagian besar dari lu akan prefer jadi si B. jangan bohong..

nah, ada 2 kemungkinan besar bila lu jadi si B dalam memandang si A dan si C

kemungkinan pertama lu akan memandang si A itu orangnya sok sok'an baku ngomongnya.. dan memandang si C alay banget ngomongnya..

kemungkinan kedua, lu akan biasa aja terhadap si A karena memaklumi dan masih berpikir "bahasa yang dia pake emang bener ko.. ya ga apa apa".. namun memandang si C tetap alay, alay, dan alay.

mengapa demikian? karena memang demikian yang saya lihat di banyak lingkungan. masih banyak orang yang akronim -menganggap budaya dia paling benar- namun merugikan budaya lain. setidaknya menghina, tertawa. dan sebagainya..

dalam kasus di awal, jarang orang yang berpikir kepada si C "oh yaudah, itu budaya mereka, ga punya hak juga gua ga suka, toh gua juga masih ikut budaya orang lain, belum bisa bikin budaya"

coba lu bayangkan kalo si A mandang lu kayak lu mandang si C? mau? enak?

kenapa sih semua menjadikan "alay" sebagai lelucon bodoh disamping mungkin "alay" tersebut tidak menyadarinya?
bahkan dosen saya pun pernah bergurau tentang betapa hinanya "mereka". apa sang dosen tidak berpikir sejauh saya? apa ia tak punya hati?

dan mirisnya adalah.. bila ada lelucon tentang alay di kelas saya..sungguh semua tertawa puas disaat gurauan itu menyiratkan hinanya alay.. hanya gua yang tak merasa itu lucu *mungkin*

kalo gua jahat juga gua sering bedrpikir "ngapain sih tu orang ledekin alay padahal dia juaga agak alay"..

oke kalau memang lu ada yang merasa "tingkat gaul"nya diatas mereka.. confess ke orang orang yang lu hina bahwa lu adalah manusia paling gaul.. berani?

jangan deh pernah memandang sebelah mata budaya lain.. persepsi tuh bahaya kalau langsung ke level action.. mening teliti aja dulu.. apa, siapa, mengapa, bagaimana,

tak ada budaya yang jelek, setidaknya pasti ada yang bilang suatu budaya itu menarik, bukankah tuhan menciptakan manusia dengan bermacam budaya agar kita bisa berbagi?
teliti terlebih dahulu budaya lu. bener ga? baru budaya orang lain..

2 komentar:

ObO mengatakan...

nice opinion bro !!
memang terkadang masyarakat terlalu bebal menyikapi perbedaan.
alay atau bukan alay bukanlah suatu masalah, semuanya adalah subkultur yang diciptakan generasi baru (yang ingin berbeda). toh orang tua dulu juga melakukannya seperti jamannya istilah "boil" atau "doski" n etc di 70'-80'. semuanya sama subkultur yang diciptakan karena ingin berbeda dengan mainstream.
yang menjadi masalah hanya penempatan penggunaan, contohnya gak etis kan di sekolah sama guru pake bahasa alay or di rumah dengan orang tua..
(this just my opinion.. sorry sok ngasih pendapat... temanya menarik bro)

bajey mengatakan...

thanks bro kayaknya harus banyak nih orang sepikiran kitee.. ga beres nih orang orang yang sok sok nyebut alay.. mereka ga open minded..

Posting Komentar