Sabtu, 25 Desember 2010

What a Day :)

Tugas-tugas kuiah gua memang sangat memaksa dan membiasakan gua untuk jadi seorang jurnalis (wartawan), bukan hanya materinya, tapi juga karakteristik profesi dan sifat-sifat gua yang harus terbentuk layaknya seorang wartawan. Ini terbukti dari perjalanan gua hari Kamis lalu, dari Jatinangor, saya bertujuan ke gedung yang seperti kura-kura dan ehm *maaf terkadang terlihat seperti belahan *maaf pantat. Berharap bertemu anggota DPR wanita yang cantik dan pada akhirnya dijadikan suami simpanan. (LHO). ehm maaf, bercanda.. Berharap bisa wawancara dengan salah satu anggota dewan wanita, saya berangkat dengan kotoran yang masih menggantung karena belum cebok pukul 07.30 pagi. Saya memutuskan dan berniat naik kereta express yang adem dan nikmat, namun apa daya saya dipaksa-paksa naik ekonomi tidak ber-AC oleh orang-orang di stasiun (kampret memang). Berdirilah gua di satu gerbong, sumpek, bau, chaos, dan diisi oleh orang-orang yang emosi. kereta berjalan sungguh menyebalkan, bagai telur diujung tanduk. hmm.. ya, kurang tepat! Namun di situ saya melihat satu kejadian yang bagi saya mengharukan, hari selasa(22/12) adalah hari ibu, dan memang pada awalnya gua engga terlalu ngeuh sama hari begituan. Namun tiba-tiba ada seorang bapak-bapak (umur sekitar 60an, beruban, terakhir dilihat mengenakan baju putih dan tanpa celana, hilang sejak.... ) mengelilingi gerbong dan mengucapkan "selamat hari Ibu" ke setiap Ibu-ibu yang ada di gerbong di mana saya berdiri, menyentuh bagi saya sikap bapak-bapak itu, sekejap saya menatap ibu-ibu di gerbing itu dan melihat betapa mahal dan berartinya keringat yang keluar dari leher dan dahi mereka saat itu. Ada yang sedang menggendong anak dan anaknya tidak henti menangis, dan dengan tidak perduli malu, si Ibu dengan lantang menyanyikan lagu kesukaan si anak. Oh ibu, bila jasamu yang paling berharga adalah melahirkanku, aku akan mebalasnya dengan melahirkan juga bu. (LHO). Kejadian itu sangat menyentuh gua, dan kurang ajarnya bapak-bapak itu tidak mengucapkannya pada gua, padahal gua sedang mengandung anak Irfan Bachdim.

Sampailah gua di gedung para pejabat itu, saya bertemu Agnes, teman gua, berbadan dan berambut persis mantan presiden kita. bukan! bukan Gusdur! ya! Megawati.. SIAL-nya dia sudah punya narasumber pasti yang memang sudah membuat janji sebelumnya, beda dengan gua yang berangkat dengan modal nekat, jangankan bawa surat Izin wawancara, KTP aja masih disita di mang-mang sewa PC Game. setelan gua saat itu memang sangat necis dan dewasa, layaknya pria-pria latin di film dewasa sebelum "bermain". wooooh!. Tapi gua nekat saja lah siapa tau dapet nyantol satu atau dua biji. (mau wawancara anggota dewan atau biji?). Sampailah gua, agnes, dan Editha (temen gua yang ketemu juga) di ruang kerja sang narasumber Agnes. Hal bodoh yang selalu mencelakakan hidup gua adalah KETIDURAN. Bahkan ini terjadi di saat momen penting sperti ini, sudah hampir setengah jam wawancara berlangsung, gua dikejutkan oleh colekan-colekan mesra dari editha, saya heran. Dan sekeluarnya kami dari gedung DPR, dengan semangat Editha berkata, "ngerasa ga sih tadi lo gue colek-colek? Abisnya lo ketiduran gitu sambil nyodorin HP." Celaka.

Skip saja cerita disaat gua sudah sendiri lagi, gua meneruskan perjalanan ke Stadion Utama Glora Bung Karno, berniat meliput apapun yang terjadi di sana, dalam hati gua berkata, "hayo lah penjualan tiket AFF rusuh dong, biar gua dapet gambar". Namun apa daya, penjualan tiket hari itu sudah selesai, yang ada cuma kakek-kakek jogging ga pake rok mini. Sempat dengan sok tahu-nya gua nanya kepada seorang berseragam sebuah televisi swasta di Indonesia yang mebawa-bawa kamera video yang mungkin harganya 10tahun penyewaan kostan gua, "mas, mau liput penjualan tiket ya?" dengan muka datar do'i berkata, "tiket busway? udah selesai, mas! hahahahaha" Sial. Wartawan sombong, liat aja nanti kalo gua udah jadi wartawan Animal Planet, pasti bingung mana wartawan mana bekantan. Karena komplek GBK yang besar dan rumit, gua memutuskan untuk manggil ojeg dan naik ojeg sampai halte busway. Pas gua bilang mau naik ojeg, tukang ojeg tua dengan janggut ala sahabat nabi bersabda, "mas, halte busway disebelah sana, paling cuma beberapa langkah, kalau naik ojeg saya juga jadi ndak enak." oke, gua ga liat.

seturunnya dari Busway yang penuh, gua mengalami kecelakaan sangat sadis, taik burung jatuh tepat di hidung gua yang mancung bak andrew white versi black. #abaikan. Sampailah gua di stasiun gambir, gua langsung menuju loket pembelian tiket kereta express menuju Bogor. Di bayangan gua harga tiket-nya Rp. 6.000,- , dan waktu orang loketnya ngomong harganya Rp. 11.000,- , gua dengan nada sedikit tinggi teriak, "HAH Sebelas ribu!?" Tiga detik berlalu gua sadar dan malu, eh malah ada ibu-ibu di belakang teriak lebih kenceng, "YAAMPUUUN Sebelas ribuuuu." Oke, gua bukanlah orang teraneh di stasiun Gambir sore hari itu. Saat saya sedang menunggu di samping jalur kereta, saya melihat kejadian yang menyedihkan lagi. Seiring berangkatnya sebuah kereta dengan pintu tertutup, seorang pria yang terlihat lelah berlari dan menggedor-gedor ointu kereta tersebut, menahan rasa malu dan tergambar kekecewaan yang sangat besar di wajah pria tersebut. semua orang yang ada di sana melihat ke arahnya. Setelah kereta benar-benar berangkat, pria itu membalikkan badan dan tersenyun pada semua orang. Sungguh sabar pria itu, saya salut. Di tengah sebuah negara yang marak mengeluarkan kata-kata kasar saat mendapat musibah, masih ada pria seperti itu.

Cerita berlanjut di Kereta. Yap benar dari Gambir sampai Bogor gua ga dapet duduk, gua berdiri dikelilingi anak-anak kecil, 2 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dan gua berspekulasi bahwa anak perempuan adalah anak terbesar, walaupun sepertinya mereka seumuran, didampingi ayah yang sudah terlihat tua dan ringkih. Sepanjang perjalanan memang muka gua sangat lelah, keringat penuh walaupun kereta ber-AC, sepanjang perjalanan 3 anak itu bergantian menatap wajahku dengan tatapan heran, dari matanya, gua bisa membaca bahwa mereka bertanya, "kenapa mas ini? kayaknya capek banget." namun dengan tatapan mata, gua balik menyampaikan pesan tersirat. "nanti kalian juga akan merasakan, nikmati saja masa-masa tanpa masalah ini, dik." saat seorang Ibu-ibu yang duduk keluar dari kereta, si Ayah dari anak-anak tersebut menyuruh salah satu anak laki-laki duduk, lalu memangku anak perempuan, namun si anak perempuan secara mengejutkan menolak, dan berkata pada si kecil, "dede aja yang dipangku, mbak masih kuat berdiri." Oh my God, sungguh menyentuh. Dan dengan muka yang penuh kekuatan, sampai akhir perjalanan keluarga itu, si anak perempuan tetap berdiri, malah sesekali membukakan snack untuk adik-adiknya, ya betul, dia seorang kakak. Kakak sejati, yang tidak permasalahkan gender. Tatapan matanya penuh kasih, kasih yang sebenarnya gua rindukan.

Sampailah gua di Kota Bogor, dengan muka sumringah ala farah quinn gua berdiri tegak dan berjalan ke arah tempat gua harus menunggu angkot. Tidak, lekuk tubuh gua ga seperti Chef Seksi itu. gua berjalan dan sesekali memotret, seakan-akan gua pertama kali menginjakkan kaki di Kota Bogor. Sempat gua memegang saku dibagian pantat, tiba-tiba terasa rata. Gua kaget bukan main, bukan karena pantat gua rata, tapi seharusnya di situ ada dompet. Dengan cerdas gua lari-lari ke arah kereta, semua orang ngeliatin. Saat gua megang saku yang ada di dada, gua sangat tenang, bukan karena pada akhirnya payudara gua tumbuh, tapi ternyata dompetnya ada di situ. Gua lupa waktu di kereta gua mindahain demi keamanan. Gua tegang, dan salah kiblat. LOH!.

Perjalanan gua berakhir di angkot, gua dengan nyamannya duduk di depan di samping pak kusir. Angkot dengan damai melewati jalan dadali, sampai melewati sebuah Mesjid bernamakan Al-Ikhlas di sebuah pabrik Ban ternama di Bogor. Entah karena mikir apa, lihat kata "Ikhlas" gua sadar gua sedang berusaha mengikhlasakan sesuatu, tepatnya seseorang. Embun.. Gua menyebutnya..

Hari itu, Hatiku Biru, Dalam rangka patah hati. Namun jaket Biru ini menguatkan gua :)

Perjalanan gua hari ini cukup hectic, gawat, dan melankolis, mungkin kata-kata itulah yang sedang saya alami tiap detiknya kini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar